Fenomena saat ini
Begitu mudahnya orang melakukan kejahatan baik di siang bolong maupun di gelapnya malam. Mengapa? Karena tidak adanya rasa takut. Mengapa tidak takut dosa? Karena rendahnya pemahaman mereka kepada aqidah agama ini. Akhirnya; tutup mata, hati dan telinga, yang penting nekad biar dapat. Lihatlah maraknya; penodongan, penipuan, suap-menyuap, riba, perzinaan, pembunuhan, narkotika, dan segala bentuk kriminalitas dengan segala modus operandinya. Begitulah kondisi saat ini yang tidak ada lagi perhatian kepada hukum; halal, haram, wajib, sunnah, baik dan buruk. Sampai-sampai lahirlah prinsip batil; cari yang haram saja susah apalagi yang halal. Allohu musta’an.
Sehebat, sekaya, secantik, sekuat, sepintar apapun manusia tidak ada artinya apa-apa jika mereka tidak beriman. Sepintar apapun manusia jika kwalitas imannya rendah, hina dia di hadapan Allah. Sekaya apapun dia kalau taqwanya amatiran, tidaklah ada artinya. Sebab kekufuran sudah cukup sebagai dosa. Ketiadaan rasa takut seseorang kepada Allah merupakan indikator utama kosongnya iman pada orang itu.
Sebagai tanda keimanan
Orang yang takut akan kedudukan Robb-nya dan khawatir menanggung beratnya perhitugan amal kelak pada hari kiyamat, ia tentu meninggalkan segala bentuk maksiyat. Ia selalu bertaqwa kepada Allah dimana saja dan kapan saja dan senantiasa merasa selalu diawasi Allah.ta’ala.
Ibnu Qoyyim berkata: “Rasa takut merupakan tanda kebenaran iman, dan hilangnya rasa takut dari dalam hati merupakan tanda iman pergi darinya, jika hati jauh dari rasa takut, maka jauh pula hati dari iman” 2) Manusia akan senantiasa di atas jalan kebenaran selama memiliki rasa takut kepada Allah di dalam hatinya. Jika hilang rasa takutnya, ia pasti menyimpang”.
Mujahid dan Ibrohim An-Nakho’i berkata: Takut akan kedudukan Allah yaitu orang yang berlumuran dengan lumpur maksiyat lalu mengingat Allah, sehingga ia tinggalkan maksiyat tersebut dan bergegas menuju ketaatan. Karena orang yang benar-benar ketaqwaannya adalah orang yang tidak berani mencoba-coba maksiyat. Apalagi mengulang-ulang. Pasalnya ia memiliki rasa takut kepada Allah yang kuat menghunjam. Jika ia pernah berbuat salah ia segera menyesali, kemudian beristighfar, taubat dan bertekad untuk tetap berada pada bingkai ketaatan. Apabila tidak demikian, lantas malah bangga melakukan maksiyat-maksiyat maka orang inilah benar-benar rendah imannya”.
Ibnu Katsir berkata: “Orang yang takut kepada Allah maksudnya takut berdiri di hadapan-Nya dan takut hukuman-Nya, sehingga ia bisa menahan hawa nafsunya di dunia dan senantiasa kembali mentaati seruan-Nya”, 5) “Semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan menyambut kami dengan kelembutan kasih sayang-Nya pada hari kesulitan yang mengerikan”.
Syaikhul Islam berkata : Jika rasa takut hamba kepada Robb-nya telah sempurna, maka dia tidak akan pernah takut kepada sesuatupun selain-Nya. Jika rasa takutnya kepada Allah menipis maka dia menjadi semakin penakut kepada setiap makhluk. Dan inilah syirik khofi (tersembunyi) yang hampir tiada seorang pun bisa terlepas darinya. Dan jalan solusi dari ini semua adalah meng-ikhlaskan diri kepada Allah”.
Pentingnya rasa takut kepada Allah
Tidaklah Allah mengungkapkan di dalam Al-Qur’an keadaan dan kisah orang disiksa kecuali agar menanamkan rasa takut kepada hamba-hamba-Nya. Sehingga takut untuk melakukan dosa-dosa. Sebaliknya tidaklah Allah mengungkapkan rahmat-Nya yang luas, kemuliaan, ampunan dan kenikmatan surga kecuali agar mengiming-iming hamba-hamba-Nya agar melaksanakan perintah-Nya.
As-Sa’di berkata: “Allah memerintahkan agar takut kepada-Nya. Rasa takut merupakan inti dari segala kebaikan. Oleh karena itu barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka dia tidak akan menghentikan diri dari maksiyat dan tidak pula akan menjalankan perintah-Nya” 9) Bagaimana ia mau berbuat kebaikan sementara ia menganggap enteng dosa-dosa?, bagaimana ia meninggalkan maksiyat sementara ia tidak takut akibatnya?.
Syaikhul Islam berkata : “Sebagian orang berdoa, Ya Allah aku takut kepada-Mu, dan kepada orang yang tidak takut kepada-Mu. Ungkapan ini tidak boleh. Tetapi seorang hamba harus takut kepada Allah semata dan tidak kepada siapa saja. Mengapa takut kepada orang yang tidak takut kepada Allah? Padahal dia terlalu remeh dan hina untuk ditakuti. Dia itu tidak ada artinya apa-apa, dan takut kepada orang seperti ini dilarang oleh Allah ta’ala.
Rasa takut disini yang dimaksud adalah takut disertai rasa peribadatan, dan mencari perlindungan, penyerahan diri kepada kekuatan yang dianggap supranatural. Seperti takut kepada penghuni pohon, jimat, benda bertuah atau tempat keramat, berlindung kepada jin dan sebagainya. Bukan rasa takut yang alamiah, dan hal ini tidak termasuk dimensi ibadah seperti: takut digigit ular, takut jatuh, takut kena duri, takut ditabrak kendaraan dan sejenisnya.
Demikian pula ayat-ayat kauniyah. Tujuan Allah memperlihatkan fenomena gerhana, meteor jatuh, kilat menyambar, awan hitam yang bergulung, angin bertiup, gempa bumi, banjir, longsor, wabah penyakit dan fenomena alam yang lain supaya menakuti manusia disamping memunculkan harapan di antara mereka. Agar mereka selalu kembali kepada bingkai keimanan.
Takutnya para Mutaqoddimin
Hasan al-Bashri berkata, Abu Bakar mengungkapkan rasa takutnya akan adzab hari kiyamat: “seandainya aku menjadi sebatang pohon yang diambil daunnya dan dimakan kambing, tentu lebih aku sukai daripada melihat adzab Allah” 14) ‘Aisyah menirukan sikap takut ayahnya: “seandainya aku ini sebuah daun dari suatu pohon, lebih aku sukai daripada menaggung adzab Allah kelak”.
Umar bin Khotob berkata: “Demi Allah, seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi, niscaya aku akan menebus adzab Allah dengannya sebelum aku sempat melihat adzab itu” 16) Jika seekor onta mati sia-sia di tepi sungai, maka aku sangat takut akan ditanyai mengenai onta tersebut pada hari kiyamat” 17) Dia juga pernah mengambil batu atau tongkat dari pakaiannya seraya berucap: “Seandainya aku menjadi seperti ini saja, tentu lebih aku sukai dari pada menanggung beratnya perhitungan amal”.
Dari Nu’aim (juru tulis Umar) bahwa ia berkata: “Sesungguhnya kematian itu mencegahku dari banyak bicara karena takut membanggakan diri”.
Dari Faraj bin Fadholah dan Asad bin Wada’ah berkata bahwa Syaddad bin Aus jika merebahkan dirinya di tempat tidur, ia tidak bisa tidur. Lalu berkata : “Ya Allah sungguh neraka telah membuatku tidak nikmat tidur”, lalu ia sholat sampai fajar.
Ali bin Husain jika berjalan tidak menggoyangkan tangan dan jika berdiri untuk sholat ia sangat terlihat ketakutan serta khusyu’, melihat hal tersebut orang-orang bertanya; mengapa anda demikian? Ia menjawab: “Tahukah kalian? di hadapan siapakah aku berdiri bermunajat?”.
Ibnu Rojab berkata : “Barang siapa yang melangkah di atas jalan Rosulullah meskipun sederhana, maka sesungguhnya dia akan dapat mendahului orang yang berjalan di atas jalan lainnya, walaui ia mati-matian.
Abu Hafs berkata :”Rasa takut merupakan pelita dalam hati, dengannya seseorang akan mampu mellihat mana kebaikan dan mana keburukan. Segala sesuatu yang anda takuti, anda akan lari darinya, kecuali Allah jika anda takut kepada-Nya maka anda akan semakin dekat dengan-Nya”. Bahkan iman dan taqwa di dalam hati lahir menguat dari sebab rasa takut. Ia akan menjaga imannya dalam berbagai kondisi, baik ketika ramai atau sendiri, baik di saat suka ataupun duka, pada waktu malam maupun siang, dimana saja dan kapan saja.
Faedah rasa takut kepada Allah :
1. Sebagai indikator bahwa dia beriman
“Sejatinya orang yang beriman itu adalah: apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya” (QS Al-Anfal: 2) 24)
2. Mendapatkan naungan Allah di hari akhir
Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah kelak pada hari kiyamat salah satunya adalah seseorang yang dirayu oleh cewek cantik, kaya lagi berpangkat, tapi ia menolak dan berkata: “aku takut kepada Allah” (HR Bukhori no. 660)
3. Terjaga dari kebinasaan
“Ada tiga hal yang menyelamatkan, yaitu; takut kepada Allah di saat sendiri maupun ramai, tetap adil ketika ridho maupun marah, tetap sederhana di saat miskin maupun kaya. Dan ada 3 pula yang membinasakan; selalu mengikuti hawa nafsu, kikir, dan bangga pada diri sendiri”(HR. Al-Baihaqi)
4. Sebab diraihnya kejayaan
“Dan barang siapa yang takut kepada Allah dan rosul-Nya, dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat keberuntungan” (An-Nuur:52)
5. Melepaskan diri dari tawanan syetan
“Sesungguhnya mereka itu tiada lain kecuali hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman” (QS Ali Imron : 175)
6. Mampu mengambil manfaat dari setiap kejadian
“Orang yang takut (kepada Allah) akan selalu mendapat pelajaran” (Al-A’la: 10) 29)
7. Mendapat rasa gembira dan tentram hidup di dunia.
“Dan kabarkanlah dengan kegembiraan kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), yaitu orang yang apabila disebutkan nama-Ku, bergetarlah hatinya….” (QS. Al-Hajj: 34-35)
8. Terhalang dari kejahatn hawa nafsu, tawanan musik dan kemalasan
Sebagaimana Allah berfirman;
“Maka adapun orang yang sombong, dan lebih mementingkan kehidupan dunia, maka neraka lah tempat kembalinya. Dan adapun orang yang takut akan kedudukan Robb-nya, dan menahan dirinya dari hawa nafsu maka surgalah tempat kembalinya” (An-Nazii’at : 39-41)
9. Sebagai sarana untuk silaturahmi, berbuat baik kepada orang tua dan sesama manusia
“Dan orang-orang yang menghubungkan silaturahim apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Robb-nya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. Ar-Ro’d: 21)
10. Mengentaskan diri dari kerasnya hati, sehingga hati menjadi bersinar penuh kebahagiaan.
“Janganlah kalian menyembah dua ilah, sesungguhnya Dialah ilah yang Esa, maka hendaknya kepada-Ku saja kalian takut” (QS An-Nahl : 51) 33)
11. Menyelamatkan diri dari adzab yang pedih, dan memasukkan ke dalam Jannah.
“Dan bagi orang yang takut dengan kedudukan Robb-nya, maka baginya dua surga” (QS. Ar-Rohman: 46)
Dan masih banyak lagi manfaat takut kepada Allah SWT.
Akhir kata
Kita lihat orang yang takut masa depannya begitu bekerja siang malam, kita lihat orang yang takut tidak lulus test, dia belajar mati-matian. Orang takut hidup miskin, begitu bekerja dengan giatnya. Orang yang takut ditagih hutang, berjalan menghindar di jalan setapak. Orang yang takut kehidupannya terganggu, da berusaha dengan segala macam cara agar kehidupannya tetap nyaman. Namun kita lihat orang yang tidak takut kepada Allah, begitu mudahnya mengerjakan dosa. Kita lihat orang yang tidak khawatir nasibnya di akhirat, dia tidak peduli perkembangan imannya.
Kita lihat para karyawan di sebuah perusahaan. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin, mereka ingin mengukir prestasi yang bisa meningkatkan reputasi diri, jabatan, gaji, dan kepentingan. Mereka takut mendapatkan catatan buruk dalam karirnya. Demikian pula para pelajar begitu giatnya belajar agar meraih prestasi terbaik. Dan sangat takut mendapat raport merah di sekolah. Bagaimana kita lihat manusia, begitu asyiknya dalam kedholiman. Cuek-cuek saja dengan ketaqwaannya. Tidak takut melakukan dosa padahal dia selalu disertai dua malaikat yang selalu mencatat.(Mardiansyah; Guru di SMA Hidayatullah Bontang)